Surat Yasin Bahasa Arab, Latin Serta Keutamaan Membaca Surat Yasin

Surat Yasin (bahasa Arab : يٰسٓ) merupakan firman Allah SWT yang terdapat di dalam mushaf Alquran Nomor Surat 36, juz 22 dan juz 23. Surat Yasin ini mempunyai 83 ayat dan diturunkan pada periode pertengahan di kota Makkah (sebelum hijrah ke Madinah) sehingga Surat Yasin ini termasuk surat Makiyah. Sama halnya seperti surat Alquran lainnya, surat Yasin juga mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa untuk umat muslim jika sering membacanya.

Didalam surat ini banyak menjelaskan tentang akidah, keimanan dan kehidupan akhirat. Melansir dari digilib.uinsbt.ac.id, Nabi Muhammad menyerukan kepada pengikutnya untuk menghafal dan membaca surat yasin sebanyak-banyaknya.

Sejarah di Turunkan Surat Yasin

Sama seperti surat-surat lainnya didalam Alquran, Surat Yasin juga mempunyai sejarah saat diturunakan kepada Nabi Muhammad SAW. Berikut ini beberapa sejarah diturunkan surat Yasin

Surat Yasin Ayat 8

Surat Yasin disebut juga sebagai jantungnya Al-Qur’an. Di dalam surat Yasin ini, ada satu ayat yang menarik untuk dibahas karena turunnya ayat ini berkaitan dengan kondisi kaum kafir Makkah dan sikap kerasnya terhadap Rasulullah SAW.

Allah berfirman:

اِنَّا جَعَلۡنَا فِىۡۤ اَعۡنَاقِهِمۡ اَغۡلٰلًا فَهِىَ اِلَى الۡاَ ذۡقَانِ فَهُمۡ مُّقۡمَحُوۡنَ

Innaa ja’alnaa fiii a’naaqihim aghlaalan fahiya ilal azqooni fahum muqmahuun.

Artinya : “Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.” (QS Yasin Ayat 8).

Menurut riwayat, pada mulanya diturunkan ayat ini (Surat Yasin ayat 8) sehubungan dengan niat Abu Jahal bersama dua temannya yang berasal dari Bani Makhzum yang ingin mencelakai Nabi Muhammad SAW.

Abu Jahal pernah bersumpah dihadapan orang kafir bila melihat Muhammad sedang sholat di Baitullah, ia akan menjatuhkan batu besar ke atas kepala Nabi Muhammad.

Pada suatu hari, dilihatnya Nabi Muhammad sedang sujud, di tangan Abu Jahal sudah tersedia batu yang cukup besar. Ketika batu itu diangkat dan akan dilemparkan ke arah Nabi Muhammad yang sedang sujud, namun ia jadi ragu-ragu dan batu itu terlepas dari pegangan tangannya. Lalu, Abu Jahal kembali kepada kaumnya dan menceritakan apa yang terjadi.

Kemudian dilain waktu ada pula seseorang Bani Makhzum karena tertarik dengan cerita Abu Jahal, lalu dia bermaksud pula ingin melempar Nabi Muhammad pada waktu beliau akan sholat.
Ketika dia hendak melaksanakan niat jahatnya kepada Nabi Muhammad, Lalu Allah membutakan matanya. dan dia kembali kepada kaumnya dalam keadaan buta.

Seorang Bani Makhzum menceritakan bahwa ketika hendak melaksanakan niat jahatnya, tiba-tiba muncul seekor binatang besar yang siap hendak menerkam dirinya. Seandainya batu besar itu dia lemparkan, binatang itu pasti akan menerkam dirinya.

Ada juga yang mengatakan bahwa makna belenggu di sini adalah arti Majazi (kiasan) saja. Jadi yang dimaksud dengan belenggu adalah penghalang yang menghalangi niat seseorang untuk beriman kepada Allah.

Surat Yasin Ayat 9

وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ

Wa ja‘alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fahum lā yubṣirūn(a).

Kami Allah memasang penghalang di hadapan mereka dan di belakang mereka, sehingga Kami Allah menutupi (pandangan) mereka. Mereka pun tidak dapat melihat kebenaran.

Dalam tafsir dijelaskan bahwa ayat ini (QS Yasin ayat 9) menceritakan suatu saat ada sekelompok orang kafir sedang bermusyawaroh untuk menculik nabi Muhammad SAW. Saat mereka ingin melaksanakan aksinya untuk menculik Nabi Muhammad SAW di rumah nabi, saat itu juga Allah menutupi pada penglihatan mereka sehingga akhirnya mereka mengantuk dan tertidur.

Saat itu nabi bersama Ali sedang berada di dalam rumah, lalu nabi pergi tanpa sepengetahuan orang kafir. dan Ali tidur didalam rumah Nabi menggantikan nabi. Akhirnya Nabi pergi dan Ali tidur didalam rumah Nabi Muhammad SAW. 

Ketika orang-orang kafir bangun dari tidurnya, lalu mereka masuk kedalam rumah nabi namun mereka tidak menemukan nabi Muhammad SAW, mereka hanya menemukan Ali yang sedang tidur.

Arti Surat Yasin Ayat 1

Dinamakan surat Yasin karena surat ini dimulai dengan dua huruf abjad Arab yaitu Ya Sin dan termasuk ayat pertama di dalam surat Yasin. Arti dari huruf Abjad Ya sin Sama seperti arti huruf-huruf abjad arab lainnya seperti Alif Lam Mim, Alif Lam Ro, Nun dll yang mempunyai arti tersembunyi yang tidak bisa di tebak-tebak. Biasanya huruf-huruf ini terletak pada ayat pertama beberapa surat di Alquran, sehingga arti dari Ya Sin termasuk dalam ayat mutasyaabihat.

Imam al-Suyuti dalam kitab Al Itqan menjelaskan bahwa “mutasyaabihat” merupakan ayat yang maknanya tidak jelas. Dikutip dari repository UIN Ar Raniry, Banda Aceh, tidak ditemukan dalil yang kuat untuk memastikan pengertian Ya Sin dalam surat Yasin ayat 1 ini.

Keutamaan Membaca Surat Yasin

Surat Yasin merupakan Kalam atau firman Allah SWT yang tertulis di dalam Mushaf Alquran. Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa jika seseorang muslim rutin membaca surat yasin maka akan mendapat pahala serta mendapatkan banyak keutamaan.

Hal ini terkait dengan keutamaan surat Yasin dalam beberapa hadits. Berikut salah satunya

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- أن النبيّ -عليه الصلاة والسلام- قال: إنَّ لِكُلِّ شيءٍ قَلبًا وقلبُ القرآنِ يَس

Artinya: Dari Anas Ibnu Malik RA “Jantung Alquran itu ialah surat Yasin. Tidaklah dibaca akan dia oleh seseorang yang menghendaki keridhaan Allah dan keselamatan di hari akhirat, melainkan Allah mengampuni akan dosanya.” (HR Abu Dawud).

Dari beberapa sumber yang didapatkan, terdapat banyak sekali keutamaan dari membaca surat yasin ini, diantaranya sebagai berikut :

1. Dilancarkan Rezekinya

Keutamaan membaca surat Yasin setiap hari yaitu dapat melancarkan rezeki bagi seorang muslim yang membacanya. Menurut Imam Ad-Darimi, ” Barang siapa yang membaca surat Yasin di awal hari (pagi hari), maka pekerjaannya di hari itu akan dilancarkan oleh Allah SWT”.

“Dan apabila membacanya di akhir hari (sore atau malam), maka tugasnya hingga pagi keesokan harinya akan dimudahkan juga oleh-Nya,” demikian tertulis dalam Sunan Ad-Darimi.

2. Memperoleh Ampunan

Keutamaan membaca surat Yasin oleh orang muslim setiap hari selanjutnya yaitu akan memperoleh ampunan dari Allah SWT. Terutama, jika terus mengamalkan membaca Surat Yasin ini, maka dosa-dosa kecil akan diampuni oleh Allah SWT.

Seperti pernah diungkapkan Abu Hurairah Ra berdasarkan hadist yang diriwayatkan At-Thabrani dan Al-Baihaqi. “Barang siapa yang membaca surat Yasin pada malam hari dengan mengharap keridhoan Allah SWT, maka diampuni dosa-dosanya.”

3. Membantu Seseorang Saat Sakaratul Maut

Keutamaan membaca surat Yasin setiap hari selanjutnya yaitu juga dipercaya bisa membantu seseorang saat menghadapi sakaratul maut supaya lebih mudah. Ini seperti dijelaskan dalam tafsir Al-Qur’an Al-Azhim:

“Membaca surat Yasin di sisi mayat akan menurunkan banyak rahmat dan berkah dan memudahkan keluarnya ruh.” (Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim 6/562 daran nassyr wat tauzi)

“Disunnahkan membaca surat Yasin di samping seseorang yang sedang menghadapi kematian.” (Al–Majmu’syaih Al-Muhadzdzab 5 /76 Dar’alim alkitab)

4. Terhindar dari Siksa Kubur

Selanjuntya, Keutamaan dari membaca surat Yasin setiap hari yakni dapat dihindarkan dari siksa kubur yang menyakitkan.

5. Mendapatkan Ketenangan Hati Setelah Membacanya

Membaca surat-surat Alquran sama halnya seseorang berbicara dengan Allah, sehingga dengan membaca Alquran hati seseorang akan menjadi lebih tenang. Ada dalil yang menjelaskan bahwa “Alquran itu menjadi obat bagi manusia”. Begitulah keutamaan orang-orang yang rajin membaca surat Yasin atau surat lainnya setiap hari.

Seperti firman Allah SWT, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar-raad: 28).

Dalam riwayat hadits At-Tirmidzi dan Ad-Darimi, mereka menjelaskan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjelaskan, “surat Yasin adalah jantung Alquran. Dan barang siapa yang membaca Alquran akan diberikan pahala sama seperti 10 kali membaca Alquran”.

Kandungan surat Yasin

Surat yasin merupakan surat Alquran yang mempunyai 83 ayat, 29 kalimat dan 3000 huruf. Didalam surat yasin terdapat 3 kandungan Surat Yasin yang bisa di ambil hikmahnya, diantaranya sebagai berikut :

1. Keimanan

  • Bukti adanya hari Kebangkitan
  • Alquran bukanlah syair
  • Ilmu kekuasaan dan rahmat Allah
  • Surga dan sifat-sifat yang disediakan untuk orang-orang mukmin
  • Allah suci dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya
  • Anggota badan manusia akan menjadi saksi pada hari kiamat.

2. Kisah Nabi Isa

  • Kisah utusan-utusan Nabi Isa dengan penduduk Antakia (Syam).

3. Peringatan Bagi Manusia

  • Peringatan bagi orang musyrik
  • Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan
  • Semua jenis bintang di cakrawala berjalan pada garis edar yang telah ditentukan Allah
  • Ajal dan hari kiamat datangnya secara tiba-tiba
  • Allah menghibur hati Rasulullah saw terhadap sikap kaum musyrikin yang menyakitkan hatinya.

Surat Yasin Tulisan Arab, Latin dan Terjemah Bahasa Indonesia

Berikut Surat Yasin full tulisan Bahasa Arab, Latin dan Terjemah bahasa Indonesia


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bismillah-irokhmāni-rrokhim

Dengan Nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang



(1)

يٰسۤ ۚ

Yā sīn. Yā Sīn (ayat mutasyabihaat).


(2)

وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ

Wal-qur’ānil-ḥakīm(i).

Demi Al-Qur’an yang menghukumi,


(3)

اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ

Innaka laminal-mursalīn(a).

sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) termasuk orang yang diutus


(4)

عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ

‘Alā ṣirāṭim mustaqīm(in).

diutus atas jalan yang lurus,


(5)

تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ

Tanzīlal-‘azīzir-raḥīm(i).

yang mana alquran diturunkan oleh allah yang maha mulia lagi maha menyayangi,


(6)

لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ

Litunżira qaumam mā unżira ābā’uhum fahum gāfilūn(a).

Tujuannya engkau diutus untuk memberi kabar penakut pada kaum yang mana bapak-bapak mereka belum diberi kabar penakut dan mereka termasuk orang-orang yang lupa


(7)

لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Laqad ḥaqqal-qaulu ‘alā akṡarihim fahum lā yu’minūn(a).

Sebab, sungguh-sungguh telah benar ucapan Allah untuk menyiksa yang akhirnya kebanyakan mereka tidak beriman


(8)

اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ

Innā ja‘alnā fī a‘nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fahum muqmaḥūn(a).

Dan Sungguh, Kami Allah telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah


(9)

وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ

Wa ja‘alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fahum lā yubṣirūn(a).

Kami Alla memasang penghalang di hadapan mereka dan di belakang mereka, sehingga Kami Allah menutupi (pandangan) mereka. Mereka pun tidak dapat melihat kebenaran.


(10)

وَسَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Wa sawā’un ‘alaihim a’anżartahum am lam tunżirhum lā yu’minūn(a).

dan akhirnya, sama saja bagi mereka, apakah engkau (Nabi Muhammad) memberi kabar penakut (peringatan) kepada mereka atau tidak. Mereka (tetap) tidak akan beriman.


(11)

اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ

Innamā tunżiru manittaba‘aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaib(i), fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm(in).

Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) hanya (bisa) memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikutinya dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih tanpa melihat-Nya. Berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.


(12)

اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ ࣖ

Innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamū wa āṡārahum, wa kulla syai’in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn(in).

Sesungguhnya Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami (pulalah) yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuz).


(13)

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ

Waḍrib lahum maṡalan aṣḥābal-qaryah(ti), iż jā’ahal-mursalūn(a).

Buatlah suatu perumpamaan bagi mereka (kaum kafir Makkah), yaitu penduduk suatu negeri, ketika para utusan datang kepada mereka,


(14)

اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ

Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabūhumā fa ‘azzaznā biṡāliṡin faqālū innā ilaikum mursalūn(a).

(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya. Kemudian Kami menguatkan dengan (utusan) yang ketiga. Maka, ketiga (utusan itu) berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”


(15)

قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَ

Qālū mā antum illā basyarum miṡlunā, wa mā anzalar-raḥmānu min syai'(in), in antum illā takżibūn(a).

Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami. (Allah) Yang Maha Pengasih tidak (pernah) menurunkan sesuatu apa pun. Kamu hanyalah berdusta.”


(16)

قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ

Qālū rabbunā ya‘lamu innā ilaikum lamursalūn(a).

Mereka (para rasul) berkata, “Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami benar-benar para utusan(-Nya) kepadamu.


(17)

وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ

Wa mā ‘alainā illal-balāgul-mubīn(u).

Adapun kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) yang jelas.”


(18)

قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ

Qālū innā taṭayyarnā bikum, la’il lam tantahū lanarjumannakum wa layamassannakum minnā ‘ażābun alīm(un).

Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karenamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami merajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”


(19)

قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ

Qālū ṭā’irukum ma‘akum, a’in żukkirtum, bal antum qaumum musrifūn(a).

Mereka (para rasul) berkata, “Kemalangan kamu itu (akibat perbuatan) kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan, (lalu kamu menjadi malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”


(20)

وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ

Wa jā’a min aqṣal-madīnati rajuluy yas‘ā qāla yā qaumittabi‘ul-mursalīn(a).

Datanglah dengan bergegas dari ujung kota, seorang laki-laki. Dia berkata, “Wahai kaumku, ikutilah para rasul itu!


(21)

اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ۔

Ittabi‘ū mal lā yas’alukum ajraw wa hum muhtadūn(a).

Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan (dalam berdakwah) kepadamu. Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.


(22)

وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Wa mā liya lā a‘budul-lażī faṭaranī wa ilaihi turja‘ūn(a).

Apa (alasanku) untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.


(23)

ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚ

A’attakhiżu min dūnihī ālihatan iy yuridnir-raḥmānu biḍurril lā tugni ‘annī syafā‘atuhum syai’aw wa lā yunqiżūn(i).

Mengapa aku (harus) mengambil sembahan-sembahan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, pasti pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.


(24)

اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Innī iżal lafī ḍalālim mubīn(in).

Sesungguhnya aku (jika berbuat) begitu, pasti berada dalam kesesatan yang nyata.


(25)

اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗ

Innī āmantu birabbikum fasma‘ūn(i).

Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu. Maka, dengarkanlah (pengakuan)-ku.”


(26)

قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ ۗقَالَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَۙ

Qīladkhulil-jannah(ta), qāla yā laita qaumī ya‘lamūn(a).

Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia (laki-laki itu) berkata, “Aduhai, sekiranya kaumku mengetahui


(27)

بِمَا غَفَرَ لِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ

Bimā gafaralī rabbī wa ja‘alanī minal-mukramīn(a).

(bagaimana) Tuhanku mengampuniku dan menjadikanku termasuk orang-orang yang dimuliakan.”


(28)

۞ وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ

Wa mā anzalnā ‘alā qaumihī mim ba‘dihī min jundim minas-samā’i wa mā kunnā munzilīn(a).

Setelah dia (dibunuh), Kami tidak menurunkan satu pasukan pun dari langit kepada kaumnya dan Kami tidak perlu menurunkannya.


(29)

اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خٰمِدُوْنَ

In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa’iżā hum khāmidūn(a).

(Azab mereka) itu cukup dengan satu teriakan saja. Maka, seketika itu mereka mati.


(30)

يٰحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِۚ مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ

Yā ḥasratan ‘alal-‘ibād(i), mā ya’tīhim mir rasūlin illā kānū bihī yastahzi’ūn(a).

Alangkah besar penyesalan diri para hamba itu. Setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya.


(31)

اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ

Alam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurūni annahum ilaihim lā yarji‘ūn(a).

Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan. Mereka (setelah binasa) tidak ada yang kembali kepada mereka (di dunia).


(32)

وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ ࣖ

Wa in kullul lammā jamī‘ul ladainā muḥḍarūn(a).

Tidak ada satu (umat) pun, kecuali semuanya akan dihadirkan kepada Kami (untuk dihisab).


(33)

وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الْاَرْضُ الْمَيْتَةُ ۖاَحْيَيْنٰهَا وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ

Wa āyatul lahumul-arḍul-maitah(tu), aḥyaināhā wa akhrajnā minhā ḥabban faminhu ya’kulūn(a).

Suatu tanda (kekuasaan-Nya) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus lalu) Kami menghidupkannya dan mengeluarkan darinya biji-bijian kemudian dari (biji-bijian) itu mereka makan.


(34)

وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنّٰتٍ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ وَّفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِۙ

Wa ja‘alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a‘nābiw wa fajjarnā fīhā minal-‘uyūn(i).

Kami (juga) menjadikan padanya (bumi) kebun-kebun kurma dan anggur serta Kami memancarkan padanya beberapa mata air


(35)

لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖۙ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْ ۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ

Liya’kulū min ṡamarihī wa mā ‘amilathu aidīhim, afalā yasykurūn(a).

agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari hasil usaha tangan mereka. Mengapa mereka tidak bersyukur?


(36)

سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ

Subḥānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya‘lamūn(a).

Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.


(37)

وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُ ۖنَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ

Wa āyatul lahumul-lailu naslakhu minhun-nahāra fa’iżā hum muẓlimūn(a).

Suatu tanda juga (atas kekuasaan Allah) bagi mereka adalah malam. Kami pisahkan siang dari (malam) itu. Maka, seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan.


(38)

وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ

Wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-‘azīzil-‘alīm(i).

(Suatu tanda juga atas kekuasaan Allah bagi mereka adalah) matahari yang berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.


(39)

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ

Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā ‘āda kal-‘urjūnil-qadīm(i).

(Begitu juga) bulan, Kami tetapkan bagi(-nya) tempat-tempat peredaran sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir,) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.


(40)

لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗوَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ

Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār(i), wa kullun fī falakiy yasbaḥūn(a).

Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.


(41)

وَاٰيَةٌ لَّهُمْ اَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙ

Wa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masyḥūn(i).

Suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami mengangkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan.


(42)

وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِّنْ مِّثْلِهٖ مَا يَرْكَبُوْنَ

Wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabūn(a).

(Begitu juga) Kami menciptakan untuk mereka dari jenis itu angkutan (lain) yang mereka kendarai.


(43)

وَاِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَلَاهُمْ يُنْقَذُوْنَۙ

Wa in nasya’ nugriqhum falā ṣarīkha lahum wa lā hum yunqażūn(a).

Jika Kami menghendaki, Kami akan menenggelamkan mereka. Kemudian, tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan.


(44)

اِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍ

Illā raḥmatam minnā wa matā‘an ilā ḥīn(in).

Akan tetapi, (Kami menyelamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberi mereka kesenangan hidup sampai waktu tertentu.


(45)

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Wa iżā qīla lahumuttaqū mā baina aidīkum wa mā khalfakum la‘allakum turḥamūn(a).

Ketika dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan (siksa) yang ada di hadapanmu (di dunia) dan azab yang ada di belakangmu (akhirat) agar kamu mendapat rahmat,” (maka mereka berpaling).


(46)

وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ

Wa mā ta’tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānū ‘anhā mu‘riḍīn(a).

Tidak satu pun dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, kecuali mereka berpaling darinya.


(47)

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ ۙقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنُطْعِمُ مَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ اَطْعَمَهٗٓ ۖاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Wa iżā qīla lahum anfiqū mimmā razaqakumullāh(u), qālal-lażīna kafarū lil-lażīna āmanū anuṭ‘imu mal lau yasyā’ullāhu aṭ‘amah(ū), in antum illā fī ḍalālim mubīn(in).

Apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kufur itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”


(48)

وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Wa yaqūlūna matā hāżal-wa‘du in kuntum ṣādiqīn(a).

Mereka berkata, “Kapankah janji (hari Kebangkitan) ini (terjadi) jika kamu orang-orang benar?”


(49)

مَا يَنْظُرُوْنَ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُوْنَ

Mā yanẓurūna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta’khużuhum wa hum yakhiṣṣimūn(a).

Mereka hanya menunggu satu teriakan yang akan membinasakan mereka saat mereka (sibuk) bertengkar (tentang urusan dunia).


(50)

فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ تَوْصِيَةً وَّلَآ اِلٰٓى اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَ ࣖ

Falā yastaṭī‘ūna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji‘ūn(a).

Oleh sebab itu, mereka tidak dapat berwasiat dan tidak dapat kembali kepada keluarganya.


(51)

وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَاِذَا هُمْ مِّنَ الْاَجْدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَ

Wa nufikha fiṣ-ṣūri fa’iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilūn(a).

Sangkakala pun ditiup dan seketika itu mereka bergerak cepat dari kuburnya menuju kepada Tuhannya.


(52)

قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ

Qālū yā wailanā mam ba‘aṡanā mim marqadinā…hāżā mā wa‘adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalūn(a).

Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” (Lalu, dikatakan kepada mereka,) “Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah para rasul(-Nya).”


(53)

اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ

In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa’iżā hum jamī‘ul ladainā muḥḍarūn(a).

Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami (untuk dihisab).


(54)

فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَّلَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai’aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta‘malūn(a).

Pada hari itu tidak ada sama sekali orang yang dirugikan sedikit pun. Kamu tidak akan diberi balasan, kecuali atas apa yang telah kamu kerjakan.


(55)

اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فٰكِهُوْنَ ۚ

Inna aṣḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihūn(a).

Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu berada dalam kesibukan (sehingga tidak sempat berpikir tentang penghuni neraka) lagi bersenang-senang.


(56)

هُمْ وَاَزْوَاجُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ مُتَّكِـُٔوْنَ ۚ

Hum wa azwājuhum fī ẓilālin ‘alal-arā’iki muttaki’ūn(a).

Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh sambil berbaring di atas ranjang berkelambu.


(57)

لَهُمْ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ ۚ

Lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda‘ūn(a).

Di (surga) itu mereka memperoleh buah-buahan dan apa saja yang mereka inginkan.


(58)

سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ

Salāmun qaulam mir rabbir raḥīm(in).

(Kepada mereka dikatakan,) “Salam sejahtera” sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Penyayang.


(59)

وَامْتَازُوا الْيَوْمَ اَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَ

Wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimūn(a).

(Dikatakan kepada orang-orang kafir,) “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai para pendurhaka!


(60)

۞ اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Alam a‘had ilaikum yā banī ādama allā ta‘budusy-syaiṭān(a), innahū lakum ‘aduwwum mubīn(un).

Bukankah Aku telah berpesan kepadamu dengan sungguh-sungguh, wahai anak cucu Adam, bahwa janganlah kamu menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu.


(61)

وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ

Wa ani‘budūnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm(un).

(Begitu juga bahwa) sembahlah Aku. Inilah jalan yang lurus.”


(62)

وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًا ۗاَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَ

Wa laqad aḍalla minkum jibillan kaṡīrā(n), afalam takūnū ta‘qilūn(a).

Sungguh, ia (setan itu) benar-benar telah menyesatkan sangat banyak orang dari kamu. Maka, apakah kamu tidak mengerti?


(63)

هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ

Hāżihī jahannamul-latī kuntum tū‘adūn(a).

Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.


(64)

اِصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ

Iṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurūn(a).

Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.


(65)

اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Al-yauma nakhtimu ‘alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasyhadu arjuluhum bimā kānū yaksibūn(a).

Pada hari ini Kami membungkam mulut mereka. Tangan merekalah yang berkata kepada Kami dan kaki merekalah yang akan bersaksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.


(66)

وَلَوْ نَشَاۤءُ لَطَمَسْنَا عَلٰٓى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبْصِرُوْنَ

Wa lau nasyā’u laṭamasnā ‘alā a‘yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirūn(a).

Seandainya Kami menghendaki, pastilah Kami akan menghapus penglihatan (membutakan) mereka sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan (selamat). Maka, bagaimana mungkin mereka dapat melihat?


(67)

وَلَوْ نَشَاۤءُ لَمَسَخْنٰهُمْ عَلٰى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوْا مُضِيًّا وَّلَا يَرْجِعُوْنَ ࣖ

Wa lau nasyā’u lamasakhnāhum ‘alā makānatihim famastaṭā‘ū muḍiyyaw wa lā yarji‘ūn(a).

Seandainya Kami menghendaki, pastilah Kami akan mengubah bentuk mereka di tempat mereka berada, sehingga mereka tidak sanggup meneruskan perjalanan dan juga tidak sanggup pulang kembali.


(68)

وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ

Wa man nu‘ammirhu nunakkishu fil-khalq(i), afalā ya‘qilūn(a).

Siapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami balik proses penciptaannya (dari kuat menuju lemah). Maka, apakah mereka tidak mengerti?


(69)

وَمَا عَلَّمْنٰهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهٗ ۗاِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ وَّقُرْاٰنٌ مُّبِيْنٌ ۙ

Wa mā ‘allamnāhusy-syi‘ra wa mā yambagī lah(ū), in huwa illā żikruw wa qur’ānum mubīn(un).

Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Nabi Muhammad) dan (bersyair) itu tidaklah pantas baginya. (Wahyu yang Kami turunkan kepadanya) itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Al-Qur’an yang jelas,


(70)

لِّيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ

Liyunżira man kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu ‘alal-kāfirīn(a).

agar dia (Nabi Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir itu menjadi pasti.


(71)

اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِّمَّا عَمِلَتْ اَيْدِيْنَآ اَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مٰلِكُوْنَ

Awalam yarau annā khalaqnā lahum mimmā ‘amilat aidīnā an‘āman fahum lahā mālikūn(a).

Tidakkah mereka mengetahui bahwa Kami telah menciptakan untuk mereka hewan-hewan ternak dari ciptaan tangan Kami (sendiri), lalu mereka menjadi pemiliknya?


(72)

وَذَلَّلْنٰهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوْبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُوْنَ

Wa żallalnāhā lahum fa minhā rakūbuhum wa minhā ya’kulūn(a).

Kami menjadikannya (hewan-hewan itu) tunduk kepada mereka. Sebagian di antaranya menjadi tunggangan mereka dan sebagian (lagi) mereka makan.


(73)

وَلَهُمْ فِيْهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ

Wa lahum fīhā manāfi‘u wa masyārib(u), afalā yasykurūn(a).

Pada dirinya (hewan-hewan ternak itu) terdapat berbagai manfaat dan minuman untuk mereka. Apakah mereka tidak bersyukur?


(74)

وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لَّعَلَّهُمْ يُنْصَرُوْنَ ۗ

Wattakhażū min dūnillāhi ālihatal la‘allahum yunṣarūn(a).

Mereka menjadikan sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.


(75)

لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَهُمْۙ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُّحْضَرُوْنَ

Lā yastaṭī‘ūna naṣrahum, wa hum lahum jundum muḥḍarūn(a).

(Sesembahan) itu tidak mampu menolong mereka, padahal (sesembahan) itu adalah tentara yang dihadirkan untuk menjaganya.


(76)

فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ ۘاِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ

Falā yaḥzunka qauluhum, innā na‘lamu mā yusirrūna wa mā yu‘linūn(a).

Maka, jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Nabi Muhammad) bersedih hati. Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.


(77)

اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ

Awalam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa’iżā huwa khaṣīmum mubīn(un).

Tidakkah manusia mengetahui bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani? Kemudian tiba-tiba saja dia menjadi musuh yang nyata.


(78)

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ

Wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah(ū), qāla may yuḥyil-‘iẓāma wa hiya ramīm(un).

Dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal penciptaannya. Dia berkata, “Siapakah yang bisa menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?”


(79)

قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍ ۗوَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌ ۙ

Qul yuḥyīhal-lażī ansya’ahā awwala marrah(tin), wa huwa bikulli khalqin ‘alīm(un).

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Yang akan menghidupkannya adalah Zat yang menciptakannya pertama kali. Dia Maha Mengetahui setiap makhluk.


(80)

ۨالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًاۙ فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ

Allażī ja‘ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nārā(n), fa’iżā antum minhu tūqidūn(a).

(Dialah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau. Kemudian, seketika itu kamu menyalakan (api) darinya.”


(81)

اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْ ۗبَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ

Awa laisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin ‘alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-‘alīm(u).

Bukankah Zat yang menciptakan langit dan bumi mampu menciptakan manusia yang serupa mereka itu (di akhirat kelak)? Benar. Dialah yang Maha Banyak Mencipta lagi Maha Mengetahui.


(82)

اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔاۖ اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

Innamā amruhū iżā arāda syai’an ay yaqūla lahū kun fa yakūn(u).

Sesungguhnya ketetapan-Nya, jika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah (sesuatu) itu.


(83)

فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ࣖ

Fa subḥānal-lażī biyadihī malakūtu kulli syai’iw wa ilaihi turja‘ūn(a).

Maka, Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.


Surat Yasin Full Tulisan Arab

Berikut Surat Yasin full tulisan Arab. surat yasin surat yasin surat yasin surat yasin surat yasin surat yasin

Surat Yasin Full Latin

Berikut Surat Yasin full Latin :

  1. Yā sīn.
  2. Wal-qur’ānil-ḥakīm
  3. Innaka laminal-mursalīn(a).
  4.  ‘Alā ṣirāṭim mustaqīm(in).
  5. Tanzīlal-‘azīzir-raḥīm(i).
  6. Litunżira qaumam mā unżira ābā’uhum fahum gāfilūn(a).
  7. Laqad ḥaqqal-qaulu ‘alā akṡarihim fahum lā yu’minūn(a).
  8. Innā ja‘alnā fī a‘nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fahum muqmaḥūn(a).
  9. Wa ja‘alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fahum lā yubṣirūn(a).
  10. Wa sawā’un ‘alaihim a’anżartahum am lam tunżirhum lā yu’minūn(a).
  11. Innamā tunżiru manittaba‘aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaib(i), fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm(in).
  12.  Innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamū wa āṡārahum, wa kulla syai’in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn(in).
  13.  Waḍrib lahum maṡalan aṣḥābal-qaryah(ti), iż jā’ahal-mursalūn(a).
  14. Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabūhumā fa ‘azzaznā biṡāliṡin faqālū innā ilaikum mursalūn(a).
  15. Qālū mā antum illā basyarum miṡlunā, wa mā anzalar-raḥmānu min syai'(in), in antum illā takżibūn(a).
  16. Qālū rabbunā ya‘lamu innā ilaikum lamursalūn(a).
  17. Wa mā ‘alainā illal-balāgul-mubīn(u).
  18. Qālū innā taṭayyarnā bikum, la’il lam tantahū lanarjumannakum wa layamassannakum minnā ‘ażābun alīm(un).
  19. Qālū ṭā’irukum ma‘akum, a’in żukkirtum, bal antum qaumum musrifūn(a).
  20. Wa jā’a min aqṣal-madīnati rajuluy yas‘ā qāla yā qaumittabi‘ul-mursalīn(a).
  21. Ittabi‘ū mal lā yas’alukum ajraw wa hum muhtadūn(a).
  22. Wa mā liya lā a‘budul-lażī faṭaranī wa ilaihi turja‘ūn(a).
  23. A’attakhiżu min dūnihī ālihatan iy yuridnir-raḥmānu biḍurril lā tugni ‘annī syafā‘atuhum syai’aw wa lā yunqiżūn(i).
  24. Innī iżal lafī ḍalālim mubīn(in).
  25. Innī āmantu birabbikum fasma‘ūn(i).
  26. Qīladkhulil-jannah(ta), qāla yā laita qaumī ya‘lamūn(a).
  27. Bimā gafaralī rabbī wa ja‘alanī minal-mukramīn(a).
  28. Wa mā anzalnā ‘alā qaumihī mim ba‘dihī min jundim minas-samā’i wa mā kunnā munzilīn(a).
  29. In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa’iżā hum khāmidūn(a).
  30. Yā ḥasratan ‘alal-‘ibād(i), mā ya’tīhim mir rasūlin illā kānū bihī yastahzi’ūn(a).
  31. Alam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurūni annahum ilaihim lā yarji‘ūn(a).
  32. Wa in kullul lammā jamī‘ul ladainā muḥḍarūn(a).
  33. Wa āyatul lahumul-arḍul-maitah(tu), aḥyaināhā wa akhrajnā minhā ḥabban faminhu ya’kulūn(a).
  34. Wa ja‘alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a‘nābiw wa fajjarnā fīhā minal-‘uyūn(i).
  35. Liya’kulū min ṡamarihī wa mā ‘amilathu aidīhim, afalā yasykurūn(a).
  36. Subḥānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya‘lamūn(a).
  37. Wa āyatul lahumul-lailu naslakhu minhun-nahāra fa’iżā hum muẓlimūn(a).
  38. Wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-‘azīzil-‘alīm(i).
  39. Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā ‘āda kal-‘urjūnil-qadīm(i).
  40. Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār(i), wa kullun fī falakiy yasbaḥūn(a).
  41. Wa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masyḥūn(i).
  42. Wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabūn(a).
  43. Wa in nasya’ nugriqhum falā ṣarīkha lahum wa lā hum yunqażūn(a).
  44. Illā raḥmatam minnā wa matā‘an ilā ḥīn(in).
  45. Wa iżā qīla lahumuttaqū mā baina aidīkum wa mā khalfakum la‘allakum turḥamūn(a).
  46. Wa mā ta’tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānū ‘anhā mu‘riḍīn(a).
  47. Wa iżā qīla lahum anfiqū mimmā razaqakumullāh(u), qālal-lażīna kafarū lil-lażīna āmanū anuṭ‘imu mal lau yasyā’ullāhu aṭ‘amah(ū), in antum illā fī ḍalālim mubīn(in).
  48. Wa yaqūlūna matā hāżal-wa‘du in kuntum ṣādiqīn(a).
  49. Mā yanẓurūna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta’khużuhum wa hum yakhiṣṣimūn(a).
  50. Falā yastaṭī‘ūna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji‘ūn(a).
  51. Wa nufikha fiṣ-ṣūri fa’iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilūn(a).
  52. Qālū yā wailanā mam ba‘aṡanā mim marqadinā…hāżā mā wa‘adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalūn(a).
  53. In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa’iżā hum jamī‘ul ladainā muḥḍarūn(a).
  54. Fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai’aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta‘malūn(a).
  55. Inna aṣḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihūn(a).
  56. Hum wa azwājuhum fī ẓilālin ‘alal-arā’iki muttaki’ūn(a).
  57. Lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda‘ūn(a).
  58. Salāmun qaulam mir rabbir raḥīm(in).
  59. Wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimūn(a).
  60. Alam a‘had ilaikum yā banī ādama allā ta‘budusy-syaiṭān(a), innahū lakum ‘aduwwum mubīn(un).
  61. Wa ani‘budūnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm(un).
  62. Wa laqad aḍalla minkum jibillan kaṡīrā(n), afalam takūnū ta‘qilūn(a).
  63. Hāżihī jahannamul-latī kuntum tū‘adūn(a).
  64. Iṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurūn(a).
  65. Al-yauma nakhtimu ‘alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasyhadu arjuluhum bimā kānū yaksibūn(a).
  66. Wa lau nasyā’u laṭamasnā ‘alā a‘yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirūn(a).
  67. Wa lau nasyā’u lamasakhnāhum ‘alā makānatihim famastaṭā‘ū muḍiyyaw wa lā yarji‘ūn(a).
  68. Wa man nu‘ammirhu nunakkishu fil-khalq(i), afalā ya‘qilūn(a).
  69. Wa mā ‘allamnāhusy-syi‘ra wa mā yambagī lah(ū), in huwa illā żikruw wa qur’ānum mubīn(un).
  70. Liyunżira man kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu ‘alal-kāfirīn(a).
  71. Awalam yarau annā khalaqnā lahum mimmā ‘amilat aidīnā an‘āman fahum lahā mālikūn(a).
  72. Wa żallalnāhā lahum fa minhā rakūbuhum wa minhā ya’kulūn(a).
  73. Wa lahum fīhā manāfi‘u wa masyārib(u), afalā yasykurūn(a).
  74. Wattakhażū min dūnillāhi ālihatal la‘allahum yunṣarūn(a).
  75. Lā yastaṭī‘ūna naṣrahum, wa hum lahum jundum muḥḍarūn(a).
  76. Falā yaḥzunka qauluhum, innā na‘lamu mā yusirrūna wa mā yu‘linūn(a).
  77. Awalam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa’iżā huwa khaṣīmum mubīn(un).
  78. Wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah(ū), qāla may yuḥyil-‘iẓāma wa hiya ramīm(un).
  79. Qul yuḥyīhal-lażī ansya’ahā awwala marrah(tin), wa huwa bikulli khalqin ‘alīm(un).
  80. Allażī ja‘ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nārā(n), fa’iżā antum minhu tūqidūn(a).
  81. Awa laisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin ‘alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-‘alīm(u).
  82. Innamā amruhū iżā arāda syai’an ay yaqūla lahū kun fa yakūn(u).
  83. Fa subḥānal-lażī biyadihī malakūtu kulli syai’iw wa ilaihi turja‘ūn(a).

Surat Yasin Full Terjemah Bahasa Indonesia

Berikut Surat Yasin Terjemah Bahasa Indonesia.

  1. Ya Sin (Ayat Mutasyabihat)
  2. Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah,
  3. sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) benar-benar salah seorang dari rasul-rasul
  4. (yang berada) di atas jalan yang lurus,
  5. (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang,
  6. agar engkau (Nabi Muhammad) memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyang mereka belum pernah diberi peringatan, sehingga mereka lalai.
  7. Sungguh, benar-benar berlaku perkataan (ketetapan takdir) terhadap kebanyakan mereka, maka mereka tidak akan beriman.
  8. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu (tangan mereka yang terbelenggu diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.
  9. Kami memasang penghalang di hadapan mereka dan di belakang mereka, sehingga Kami menutupi (pandangan) mereka. Mereka pun tidak dapat melihat.
  10. Sama saja bagi mereka, apakah engkau (Nabi Muhammad) memberi peringatan kepada mereka atau tidak. Mereka (tetap) tidak akan beriman.
  11. Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) hanya (bisa) memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikutinya dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih tanpa melihat-Nya. Berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.
  12. Sesungguhnya Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami (pulalah) yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuz).
  13. Buatlah suatu perumpamaan bagi mereka (kaum kafir Makkah), yaitu penduduk suatu negeri, ketika para utusan datang kepada mereka,
  14. (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya. Kemudian Kami menguatkan dengan (utusan) yang ketiga. Maka, ketiga (utusan itu) berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”
  15. Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami. (Allah) Yang Maha Pengasih tidak (pernah) menurunkan sesuatu apa pun. Kamu hanyalah berdusta.”
  16. Mereka (para rasul) berkata, “Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami benar-benar para utusan(-Nya) kepadamu.
  17. Adapun kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) yang jelas.”
  18. Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karenamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami merajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.
  19. Mereka (para rasul) berkata, “Kemalangan kamu itu (akibat perbuatan) kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan, (lalu kamu menjadi malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”
  20. Datanglah dengan bergegas dari ujung kota, seorang laki-laki. Dia berkata, “Wahai kaumku, ikutilah para rasul itu!
  21. Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan (dalam berdakwah) kepadamu. Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
  22. Apa (alasanku) untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.
  23. Mengapa aku (harus) mengambil sembahan-sembahan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, pasti pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.
  24. Sesungguhnya aku (jika berbuat) begitu, pasti berada dalam kesesatan yang nyata.
  25. Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu. Maka, dengarkanlah (pengakuan)-ku.”
  26. Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia (laki-laki itu) berkata, “Aduhai, sekiranya kaumku mengetahui
  27. (bagaimana) Tuhanku mengampuniku dan menjadikanku termasuk orang-orang yang dimuliakan.”
  28. Setelah dia (dibunuh), Kami tidak menurunkan satu pasukan pun dari langit kepada kaumnya dan Kami tidak perlu menurunkannya.
  29. (Azab mereka) itu cukup dengan satu teriakan saja. Maka, seketika itu mereka mati.
  30. Alangkah besar penyesalan diri para hamba itu. Setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya.
  31. Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan. Mereka (setelah binasa) tidak ada yang kembali kepada mereka (di dunia).
  32. Tidak ada satu (umat) pun, kecuali semuanya akan dihadirkan kepada Kami (untuk dihisab).
  33. Suatu tanda (kekuasaan-Nya) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus lalu) Kami menghidupkannya dan mengeluarkan darinya biji-bijian kemudian dari (biji-bijian) itu mereka makan.
  34. Kami (juga) menjadikan padanya (bumi) kebun-kebun kurma dan anggur serta Kami memancarkan padanya beberapa mata air
  35. agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari hasil usaha tangan mereka. Mengapa mereka tidak bersyukur?
  36. Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
  37. Suatu tanda juga (atas kekuasaan Allah) bagi mereka adalah malam. Kami pisahkan siang dari (malam) itu. Maka, seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan.
  38. (Suatu tanda juga atas kekuasaan Allah bagi mereka adalah) matahari yang berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.
  39. (Begitu juga) bulan, Kami tetapkan bagi(-nya) tempat-tempat peredaran sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir,) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.
  40. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.
  41. Suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami mengangkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan.
  42. (Begitu juga) Kami menciptakan untuk mereka dari jenis itu angkutan (lain) yang mereka kendarai.
  43. Jika Kami menghendaki, Kami akan menenggelamkan mereka. Kemudian, tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan.
  44. Akan tetapi, (Kami menyelamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberi mereka kesenangan hidup sampai waktu tertentu.
  45. Ketika dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan (siksa) yang ada di hadapanmu (di dunia) dan azab yang ada di belakangmu (akhirat) agar kamu mendapat rahmat,” (maka mereka berpaling).
  46. Tidak satu pun dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, kecuali mereka berpaling darinya.
  47. Apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kufur itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
  48. Mereka berkata, “Kapankah janji (hari Kebangkitan) ini (terjadi) jika kamu orang-orang benar?”
  49. Mereka hanya menunggu satu teriakan yang akan membinasakan mereka saat mereka (sibuk) bertengkar (tentang urusan dunia).
  50. Oleh sebab itu, mereka tidak dapat berwasiat dan tidak dapat kembali kepada keluarganya.
  51. Sangkakala pun ditiup dan seketika itu mereka bergerak cepat dari kuburnya menuju kepada Tuhannya.
  52. Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” (Lalu, dikatakan kepada mereka,) “Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah para rasul(-Nya).”
  53. Teriakan itu hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami (untuk dihisab).
  54. Pada hari itu tidak ada sama sekali orang yang dirugikan sedikit pun. Kamu tidak akan diberi balasan, kecuali atas apa yang telah kamu kerjakan.
  55. Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu berada dalam kesibukan (sehingga tidak sempat berpikir tentang penghuni neraka) lagi bersenang-senang.
  56. Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh sambil berbaring di atas ranjang berkelambu.
  57. Di (surga) itu mereka memperoleh buah-buahan dan apa saja yang mereka inginkan.
  58. (Kepada mereka dikatakan,) “Salam sejahtera” sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
  59. (Dikatakan kepada orang-orang kafir,) “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai para pendurhaka!
  60.  Bukankah Aku telah berpesan kepadamu dengan sungguh-sungguh, wahai anak cucu Adam, bahwa janganlah kamu menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu.
  61. (Begitu juga bahwa) sembahlah Aku. Inilah jalan yang lurus.”
  62. Sungguh, ia (setan itu) benar-benar telah menyesatkan sangat banyak orang dari kamu. Maka, apakah kamu tidak mengerti?
  63. Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.
  64. Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.
  65. Pada hari ini Kami membungkam mulut mereka. Tangan merekalah yang berkata kepada Kami dan kaki merekalah yang akan bersaksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
  66. Seandainya Kami menghendaki, pastilah Kami akan menghapus penglihatan (membutakan) mereka sehingga mereka berlomba-lomba (mencari) jalan (selamat). Maka, bagaimana mungkin mereka dapat melihat?
  67. Seandainya Kami menghendaki, pastilah Kami akan mengubah bentuk mereka di tempat mereka berada, sehingga mereka tidak sanggup meneruskan perjalanan dan juga tidak sanggup pulang kembali.
  68. Siapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami balik proses penciptaannya (dari kuat menuju lemah). Maka, apakah mereka tidak mengerti?
  69. Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Nabi Muhammad) dan (bersyair) itu tidaklah pantas baginya. (Wahyu yang Kami turunkan kepadanya) itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Al-Qur’an yang jelas,
  70.  agar dia (Nabi Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir itu menjadi pasti.
  71. Tidakkah mereka mengetahui bahwa Kami telah menciptakan untuk mereka hewan-hewan ternak dari ciptaan tangan Kami (sendiri), lalu mereka menjadi pemiliknya?
  72. Kami menjadikannya (hewan-hewan itu) tunduk kepada mereka. Sebagian di antaranya menjadi tunggangan mereka dan sebagian (lagi) mereka makan.
  73. Pada dirinya (hewan-hewan ternak itu) terdapat berbagai manfaat dan minuman untuk mereka. Apakah mereka tidak bersyukur?
  74. Mereka menjadikan sesembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.
  75. (Sesembahan) itu tidak mampu menolong mereka, padahal (sesembahan) itu adalah tentara yang dihadirkan untuk menjaganya.
  76. Maka, jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Nabi Muhammad) bersedih hati. Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.
  77. Tidakkah manusia mengetahui bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani? Kemudian tiba-tiba saja dia menjadi musuh yang nyata.
  78. Dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal penciptaannya. Dia berkata, “Siapakah yang bisa menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?”
  79. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Yang akan menghidupkannya adalah Zat yang menciptakannya pertama kali. Dia Maha Mengetahui setiap makhluk.
  80. (Dialah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau. Kemudian, seketika itu kamu menyalakan (api) darinya.”
  81. Bukankah Zat yang menciptakan langit dan bumi mampu menciptakan manusia yang serupa mereka itu (di akhirat kelak)? Benar. Dialah yang Maha Banyak Mencipta lagi Maha Mengetahui.
  82. Sesungguhnya ketetapan-Nya, jika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah (sesuatu) itu.
  83. Maka, Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.